RFID(RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION)


BOBBI ADIEL PRANAMA TF/4943


Menurut wikipedia RFID diartikan sebagai sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transpoder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang dipasang atau dimasukkan di dlam sebuah produk,hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelpmbang radio. Atau jika saya simpulkan RFID secara umum dapat diartikan sebgai sesuatu teknologi dengan menggunakan frekuensi radio dimana digunakan untuk mengidentifikasikan suatu objek atau benda dnegan menggunakan transmisi frekuensi radio,khususnya 125 khz,13,56 Mhz atau 800-900 MHz,RFID merupakan suatu teknologi dimana pengumpulan data terjadi secara otomatis yang tercepat perkembangannya, dimana dengan cara otomatis utnuk mengumpulkan informasi suatu produk,tempat, waktu atau transaksi dengan cepat tanpa terjadi human error. RFID menyediakan hubungan kedata dengan jarak tertentu tanpa harus melihat secara langsung,dan tidak terpengaruh terhadap lingkungan yang berbahaya seperti halnya barcode, Dengan kata lain RFID bukan hanya sekedar kode identifikasi, ettapi juga sebagai pembawa data, dan dapat ditulis dan diperbaharui data didalmnya dalam keadaan bergerak.

Keuntungan dari RFID tersebut adalah data yang dibaca secara otomatis tanpa memperhatikan garis arah pembacaan dan juga dengan kelebihan dapat melewati bahan non konduktor dengan kecepatan baca saampai ratus tag perdetik., dan RFID dapat dibaca sekaligus secara masal sampai ratusan label per detik. Sistem RFID terdiri dari Tag frekuensi Radio atau Transponder dan Tag reader atau receiver. Cara keja RFID yang tidak menggunakan energy baterai adalah dengan menggunakan antenna, dimana antenna tersebut dugunakan utnuk pencatu sumber daya dnegan memanfaatkan medan magnet dari pembaca, dan moduliasi medan magnet, yang kemudian digunakn kemabli untu meningkatkan data yang ada dalam tag label RFID, berikut adalah gambar dari proses

Namun demikian tidak semua keunggulan RFID tidak ada kelemahannya, dimana dalam RFID juga terdapat kelemahan ,yaitu jika penggunaannya yang universal maka akan memudahkan timbulnya ancaman baru pada suatu lingkungan yang tertutup sekalipun.Untuk mencegah terjadinya bentrok maka RFID mempunyai suatu cara pembagian frekuensi,jadi RFID berkerja menggunakan label RFID ,dimana setiao label RFID dibuat agar beroperasi pada frekuensi tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut





Umumnya frekuensi yangs erring digunakan diantaranya adalah low sekitar 125 kHz, High 13,56 MHz dan UHF 850-900Mhz

Hotel 626 – Terror in the Twilight Hours


Hotel 626, an advergame created to promote Doritos snacks, is an amazingly innovative, beautifully-produced nightmare of a game. After "checking in" (giving the website your name, email and creating a password), you are immediately whisked away into the opening movie: your awakening, in the middle of the night, in your room at this hellish hotel. Strange noises echo in the distance. Your breath quickens, your heart pounds, and some animal instinct screams that you need to get out. You throw on your shirt, dash into the hallway, and then the real game begins.
Although the game is available to play between the hours of 6PM and 6AM only

The journey through the hotel is comprised of ten levels, each of which involves its own creepy, unique task or puzzle. Some are extremely simple: locating the correct door, for example. Others involve more complex undertakings, such as figuring out a code or snapping a picture of a ghost's face. None, to be honest, are objectively very difficult or intellectually taxing. What you're really playing against is your own adrenaline, and the knowledge that if you mess up/take too long you're bound to meet a rather unfortunate end. And that, really, can be far tougher to overcome than any MENSA riddle. Luckily, if you do fail and die, the hotel is magnanimous to offer you the chance to either try it again or move on to the next level.

One impressive measure of the game's creativity is the lengths that it goes to create a sense of immersion in the scenario. At the beginning, while registering, you are given the option to allow access to your computer's webcam and microphone; if you do so, both those elements will be used in later levels. Also, near the end of the game, players in the United States can enter their phone numbers and receive a kah-reepy call from a "friend." Finally, as the name of the game implies, the Hotel is only "open" (accessible) from 6 PM to 6 AM, the better to set the spooky stage. However, for those of us who are impatient (me) or too chicken to play the game in the dark (also me),

Of all the unanswered questions posed by this enigmatic hotel, perhaps the greatest mystery of all is how any of this relates in the slightest to Doritos (least relevant piece of viral advertising ever?). Still...I don't really care. Hotel 626 is superb, with wonderful visuals and audio, and manages to approximate the fear of such a situation (so far as I can imagine) better than any other online game I've come across. Heck, if it'll encourage them to make more of these, I'll go out and buy a bag of fake-cheddar-cheese-flavored corn chips right now!

If you're brave enough, your room will be ready...


click here to play this game


Kenapa Hujan bau??

Bau tanah yang khas tercium setiap kali hujan mengguyur, tapi dari mana asal bau tersebut masih menjadi teka-teki sejak bertahun-tahun. Para peneliti dari Universitas Brown di New York, AS, akhirnya memastikan bahwa aroma tersebut berasal dari senyawa yang dihasilkan bakteri. Mereka menyimpulkan bahwa bau tanah berasal dari kombinasi dua senyawa yang disebut geosmin dan methylisoborneol. Kedua zat kimia yang tidak berbahaya itu termasuk dalam kelas senyawa terpene yang sama-sama disintesis oleh bakteri tanah.Tahun lalu, salah satu peneliti bernama David Cane menemukan gen dalam tubuh bakteri yang mengatur produksi geosmin. Proses produksi methylisoborneol masih misterius waktu itu. Sebab, tidak seperti senyawa-senyawa terpene lainnya yang memiliki 15 rantai karbon, senyawa ini hanya memiliki 11 rantai karbon.

Saat itu, Cane dan koleganya, Chieh-Mieh Wang, mencoba mensintesis senyawa tersebut dengan mempelajari gen bakteri tanah yang disebut Streptomyces. Salah satu gen dari 8.000 gen diprediksi sebagai katalis terpene, tapi saat disisipkan ke tubuh bakteri lainnya ternyata tak menghasilkan apa-apa.“Kami lalu melihat gen lainnya, gen berikutnya dari yang pertama,” ujar Cane yang melaporkan temuannya dalam Journal of the American Chemical Society. Gen tersebut diketahui menambahkan satu rantai karbon dalam senyawa kimia yang dihasilkan gen lainnya.Tanpa disadari sebelumnya, methylisoberneol dihasilkan dari kerja sama kedua gen. Saat kedua gen disisipkan ke dalam bakteri Escherichia coli, senyawa tersebut terbentuk sempurna.


Selain pada bakteri, Cane memperkirakan kedua senyawa tersebut juga dihasilkan alga hijau. Sebab, aroma yang sama juga ditemukan pada lumpur yang terbentuk di dalam perairan yang ditumbuhi alga tersebut. Jika benar, temuan ini dapat dijadikan dasar peringatan dini untuk mencegah gangguan ganggang sebelum tumbuh berlebihan.Aroma yang tercium saat hujan tersebut bahkan dapat dijadikan semacam aromaterapi bagi sebagian orang yang seringkali mengalami stres karena bersifat menenangkan.





Kambing Jantan

Waktu itu rencana sih cuma mau jalan2...eh liat poster Kambing Jantan jadi pingin liat deh....film ini kocak abis....ada aja orang "gila" kaya gitu..anehnya sukses juga tu orang...udah mukanya kaya orang odong,kelakuaknnya juga dikit miring dalam certianya sih..hehehe...g tau kenyataanya gimana?kan belum pernah ketemu..

ni sedikit cerita dibalik film kambing jantan...

Setelah sukses di blog dan buku, cerita Kambing Jantan bakal
digarap dalam sebuah film. Cerita tentang keseharian yang unik dan menarik dari Dhika Raditya ini sempat tertunda selama dua tahun lamanya. Proses produksi film dilakukan, dan syuting di Australia, tempat kuliah Radit dulu.

Film ini dibesut oleh Rudi Soedjarwo dan skenarionya ditulis Salman Aristo. “Syutingnya akan berlangsung 21 hari. 7 hari dilakukan di Australia dan 14 hari dilakukan di Jakarta,” kata Rudi saat ditemui di syukuran film Kambing Jantan The Movie di restoran Dapur Sunda, Cipete, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Cerita dalam film ini sendiri memang menceritakan soal kehidupan sehari-hari Dhika. “Semua lucu-lucunya, ngebanyol-nya memang harus ada di film ini. Makanya, saya pernah bilang jika Kambing Jantan ini saya akan buat tidak seperti film, tapi seperti kehidupan nyata,” ujar Rudi.
Sementara itu, soal penulis sekaligus pemain dalam film ini, Dhika mengaku senang jika cerita dalam blog dan bukunya bisa diangkat dalam sebuah film “Saya sih senang-senang saja. Mungkin ini penantian dari pembaca blog dan buku saya. Sekalian juga ingin membunuh penasaran jika cerita ini diangkat dalam sebuah film,” kata Dhika.(Ridwan-CCMD/net)

bagi yang belum liat ni trailernya..
Kambing jantan movie trailer.




A Brief History of Playing Cards

Did you know that at one time, the king of hearts represented Charlemagne, the king of Diamonds was Julius Caesar, the king of clubs was Alexander the Great and the king of spades was King David from the Bible? These fascinating identities, along with special designations for the other court cards, were bestowed by the French who were instrumental in bringing the pleasures of card play to people in Europe and the New World.

The earliest playing cards are believed to have originated in Central Asia. The documented history of card playing began in the 10th century, when the Chinese began using paper dominoes by shuffling and dealing them in new games. Four-suited decks with court cards evolved in the Moslem world and were imported by Europeans before 1370. In those days, cards were hand-painted and only the very wealthy could afford them, but with the invention of woodcuts in the 14th century, Europeans began mass-production

It is from French designs that the cards we use today are derived. France gave us the suits of spades, clubs, diamonds and hearts, and the use of simple shapes and flat colors helped facilitate manufacture. French cards soon flooded the market and were exported in all directions. They became the standard in England first, and then in the British Colonies of America.

Americans began making their own cards around 1800. Yankee ingenuity soon invented or adopted practical refinements: double-headed court cards (to avoid the nuisance of turning the figure upright), varnished surfaces (for durability and smoothness in shuffling), indexes (the identifying marks placed in the cards’ borders or corners), and rounded corners (which avoid the wear that card players inflict on square corners).

Americans also invented the Joker. It originated around 1870 and was inscribed as the "Best Bower," the highest card in the game of Euchre. Since the game was sometimes called "Juker," it is thought that the Best Bower card might have been referred to as the "Juker card" which eventually evolved into "Joker." By the 1880s, certainly, the card had come to depict a jocular imp, jester or clown. Many other images were also used, especially as Jokers became vehicles for social satire and commercial advertising. Similarly, the backs of cards were used to promote ideas, products and services, and to depict famous landmarks, events — and even fads.

During this same period, cycling — on unicycles, bicycles, and tricycles — was taking the country by storm. It was also in the latter part of the decade that Russell & Morgan, the forerunners of the United States Playing Card Company, decided to produce a line of cards of the highest quality. Employees were asked to suggest an attractive name for the new product, and a printer, "Gus" Berens, offered "Bicycle." His idea was enthusiastically accepted, and the Rider Back made its debut in 1887. Since then, while the Bicycle brand has featured dozens of different designs, the Rider Back has never gone out of production.

Today, people all over the world are familiar with the traditional red or blue back showing cupid astride a two-wheeler. The brand has become synonymous with quality and is still "the world’s favorite playing card."



http://www.usplayingcard.com/gamerules/briefhistory.html